24 Agustus 2018
Hari itu dia mengabarkan bahwa senseinya (sensei=dosen) mengizinkannya untuk pulang ke Indonesia oktober mendatang. Ya karena masih terikat sebagai mahasiswa master di Jepang, agak sulit untuk izin pulang untuk waktu yang lama kecuali dengan alasan yang kuat. Kemudian dia juga mengabarkan dengan bahagia jika dia langsung membeli tiket pesawat, untuk benar-benar meyakinkanku bahwa janjinya untuk pulang memang benar. Tentunya mengabarkannya melalui grup whatsapp yang berisi aku, dia, dan Fulanah.
Beberapa persiapan menjelang lamaran mulai aku list satu per satu. Waktu itu aku sama sekali tak ada bayangan rangkaian acara apa saja yang ada di dalam acara lamaran. Kemudian aku diskusikan dengannya di grup whatsapp itu. Dia memberikan beberapa poin sususan acara pada umumnya, kemudian aku yang membuat run down yang lebih detailnya. Tetapi tetap terasa kurang jika harus dituliskan secara rinci. Beberapa video di youtube mengenai lamaran pun aku tonton untuk mendapatkan inspirasi dalam membuat run down.
Hari itu dia mengabarkan bahwa senseinya (sensei=dosen) mengizinkannya untuk pulang ke Indonesia oktober mendatang. Ya karena masih terikat sebagai mahasiswa master di Jepang, agak sulit untuk izin pulang untuk waktu yang lama kecuali dengan alasan yang kuat. Kemudian dia juga mengabarkan dengan bahagia jika dia langsung membeli tiket pesawat, untuk benar-benar meyakinkanku bahwa janjinya untuk pulang memang benar. Tentunya mengabarkannya melalui grup whatsapp yang berisi aku, dia, dan Fulanah.
Beberapa persiapan menjelang lamaran mulai aku list satu per satu. Waktu itu aku sama sekali tak ada bayangan rangkaian acara apa saja yang ada di dalam acara lamaran. Kemudian aku diskusikan dengannya di grup whatsapp itu. Dia memberikan beberapa poin sususan acara pada umumnya, kemudian aku yang membuat run down yang lebih detailnya. Tetapi tetap terasa kurang jika harus dituliskan secara rinci. Beberapa video di youtube mengenai lamaran pun aku tonton untuk mendapatkan inspirasi dalam membuat run down.
Mengapa tak menyerahkan acara lamaran pada organizer saja yang lebih berpengalaman? Mengapa tidak keluarga saja yang mengurus? Menggunakan jasa organizer mahal. Lebih baik uangnya dialokasikan untuk hal yang lebih berguna saja. Aku rasa aku yang menginginkan acara lamaran nanti aku yang mengatur sendiri. Setiap anggota keluarga pasti sibuk dengan urusan masing-masing. Dan khawatirnya banyak hal yang berbenturan karena tak sesuai dengan keinginan jika mereka yang urus. Aku tetap membutuhkan masukan dan bantuan mereka. Tetapi aku yang membuat run down dan menentukan PIC yang kiranya sesuai dan dengan kesediaan mereka. Bismillah saja. Dengan bermodal pengalaman berorganisasi dan kepanitiaan selama waktu di kampus, rasanya cukup untuk bisa mengatur acara sendiri.
Hal pertama yang menjadi perdebatan yang cukup alot di keluarga besar (terutama ibu-ibu) adalah mengenai tempat dan catering. Mengingat total tamu yang akan datang sekitar 40 orang, rumah kami sangatlah tidak cukup. Kemudian muncul opsi tante saya yang di Jakarta menawarkan untuk meminjamkan rumahnya. Tetapi terlalu jauh. Dan tante ku yang satu lagi yang punya rumah di sekitaran Bekasi juga menawarkan rumahnya. Tetapi karena takut sangat merepotkan akhirnya tidak jadi. Dan beberapa pertimbangan muncul jika acara diadakan di rumah seperti mencuci piring, menyediakan piring-piring dan gelas-gelas dalam jumlah banyak, orangtua yang sudah berumur (kakek nenek) yang tak mungkin duduk lesehan di lantai, membersihkan rumah sebelum dan sesudah acara dan lain-lainnya. Sehingga kami memutuskan untuk mengadakan acara lamaran di restoran yang tidak jauh dari rumah. Beberapa daftar restoran yang sesuai dari segi kualitas, harga, fasilitas dan lokasi kami telusuri melalui review dari internet dan dengan menelfon langsung ke restoran. Dan jatuhlah pada restoran Raja Sunda yang tak begitu jauh dari rumah pun juga dengan beberapa kualifikasi yang memenuhi standar kami. Aku dan umi datang langsung ke restoran untuk survey tempat, memberikan dp, memilih menu, dan booking tanggal.
Pada umumnya acara lamaran ada sesi tukar cincin. Namun aku diberikan pilihan olehnya untuk diberi cincin saat lamaran atau saat akad nikah. Aku lebih memilih saat akad nikah saja. Dan sebagai pengganti simbolis, aku meminta bouquet bunga padanya. Aku telah memberikan beberapa referensi gambar bouquet bunga yang aku ingin.
Terinspirasi dari melihat foto-foto di instagram pasangan yang memakai baju seragaman saat menghadiri kondangan ataupun acara, aku jadi menginginkan hal yang serupa. Kemudian aku dan Farah adikku membeli kain di Tanah Abang. Dan mengirimkan kain untuknya untuk dijahit.
7 Oktober 2018
Acara lamaran akan dimulai pada pukul 16.00. Jujur agak kurang tepat waktunya. Waktu ashar jam 3 lebih, jika make up sebelum sholat ashar bisa batal dan keburu luntur di perjalanan dan jika make up setelah sholat ashar dan dilakukan di tempat acara takut telat acaranya.
Jam 14.00 aku ke salon untuk make up. Dan ternyata sampai menghabiskan waktu satu jam lebih. Selama di perjalanan menuju lokasi, dikabarkan oleh keluarga Tante yang datang lebih dahulu bahwa keluarga calon sudah datang. Sontak ini membuat kami panik semua. Mulanya kami mengkhawatirkan jika keluarga mereka akan datang telat mengingat jarak yang jauh dari rumah mereka. Saat kami tiba di restoran pun, keluarganya sudah menunggu di pintu masuk dan beberapa ada yang masih sholat ashar. Kemudian keluarga ku sholat ashar. Dan belum ada yang make up satu pun padahal waktu sudah mendekati jam setengah 4 lewat. Kemudian aku harus menunggu sepupu dan adik untuk bermake up dan sholat ashar. Yang cukup memakan waktu yang lama.
Sembari menunggupun aku membriefing om yang akan menjadi MC pada acara lamaran hari ini. Aku sudah membuat cue card yang berisi teks dan run down. Setidaknya akan memudahkan dalam memandu acara nanti. Sudah jam 4 lebih semua keluarga ku belum siap. Sepupu dan adik yang sudah aku tugaskan di bagian masing-masing, masih saja sibuk dengan dandanan mereka. Akhirnya susunan acara hanyalah sebatas tulisan kertas saja. Karena sudah menunggu terlalu lama, kemudian keluarganya pun berjalan beriringan memasuki ruangan. Dan ruangan masih kosong belum ada kehadiran keluargaku. Sangat payah. Aku pun yang dijadwalkan akan muncul saat suatu sesi tertentu jadi bertemu dengan keluarganya saat mereka masuk ruangan (karena saat itu aku masih di dalam ruangan untuk membriefing om). Tapi yang aku salut adalah tata ruang, susunan kursi dan buffet, semuanya rapih dan bagus. Padahal awalnya aku mengkhawatirkan akan tidak sesuai keinginan. Kemudian om langsung saja memulai acaranya. Dan satu per satu sepupu dan adik masuk ke ruangan. Selang beberapa menit kemudian aku masuk ke ruangan. Satu hal yang terlewat untuk aku saksikan adalah pada saat pembukaan sesi pembacaan tilawah oleh dirinya. Ya karena saat itu aku masih belum boleh masuk ruangan.
Saat itu aku tidak menggunakan kacamata dan tidak juga menggunkan softlense. Padahal minus mata ku sudah 5 kanan dan 4 kiri. Beberapa hari sebelum acara aku sudah mencoba beberapa kali menggunakan soft lense. Tetapi tidak berani. Dan berakhir rusak karena sobek terlalu sering tergesek tangan karena jatuh. Sehingga selama acara aku tidak begitu jelas melihat.
Sebelum acara, aku sempat khawatir akan sesi bicara dari ku. Khawatir salah ucap karena deg-degan. Aku pun sudah menulisnya di dalam run down. Tetapi saat acara berlangsung, aku tak diberikan waktu untuk bicara. Saat dia berbicara melamarku pun aku tak berani menatapnya (karena aku tak dapat melihat jelas juga) dan yang memberi tanggapan adalah Abi. Memang agak kurang puas rasanya jika tak berbicara sendiri.
Acara berlangsung begitu cepat. Lebih cepat dari yang ada di run down. Meskipun acaranya dimulai telat tetapi inti acara tetap tersampaikan. Om yang menjadi MC kurang luwes dalam memandu acara. Mungkin karena baru pertama kali, dan aku kurang mantap dalam membriefing (terlalu mepet). Sehingga sangat terdengar grogi dan beberapa kali salah dalam berucap. Selesai acara kemudian kami foto-foto lalu makan. Buffet ada di luar ruangan. Saat itu keluarganya lebih dahulu mengambil makanan. Dan keluarga kami khususnya sepupu dan adik masih sibuk berfoto-foto. Di sekitaran buffet berjejer kursi-kursi yang siap diduduki. Setelah keluarganya mengambil makanan pun langsung menduduki kursi-kursi yang berjejer di samping buffet. Aku pikir mereka akan kembali masuk ke ruangan dan berbaur dengan keluargaku untuk saling mengobrol-ngobrol santai. Memang terasa sangat canggung. Karena baru pertama kali bertemu. Akhirnya saat keluarga ku mengambil makanan di buffet, kami makan di dalam ruangan. Karena kursi di samping buffet sudah penuh dengan keluarganya.
Selesai makan beberapa perwakilan dari keluarganya dan keluargaku pun membahas mengenai pemilihan tanggal pernikahan. Awalnya tanggal 29 desember. Tapi dari kakeknya ada pertimbangan lain sehingga harus diundur menjadi tanggal 30 desember. Syukurnya masih belum dp gedung. Dan pemilik aula masjid yang akan menjadi venue pernikahan adalah teman Abi. Sehingga tidak begitu sulit mengubah-ubah tanggal. Padahal sebelumnya sempat ada opsi tanggal 5,6,12,13 januari tetapi jadi dimajukan menjadi 29 dan berakhir di 30.
Selang beberapa menit kemudian keluarga nya pamit pulang dan yang tersisa hanya bapak, ibu, kakek, dia dan keluarganya yang di Halim (tempat keluarganya menginap selama di Jakarta). Memang saat itu ada beberapa keluarganya yang lain yang bukan keluarga inti.
Selepas acara, keluarganya mampir ke rumah keluarga kami. Kemudian sebelum sampai ke rumah, menyempatkan untuk survey ke lokasi tempat pernikahan nanti yang tak jauh dari rumah. Sudah malam memang. Tapi aula masjid yang akan menjadi venue pernikahan kami masih dapat dibuka lebar pintu-pintunya.
Satu hal yang membuat aku terkesan saat itu adalah aku diberikan sneakers olehnya. Dia sangat tau banget apa yang aku suka. Pun aku lebih memilih sneakers dari pada cincin.
Satu hal yang membuat aku terkesan saat itu adalah aku diberikan sneakers olehnya. Dia sangat tau banget apa yang aku suka. Pun aku lebih memilih sneakers dari pada cincin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar