Pilihannya ketika itu ada dua. Pertama, saya hanya akan pulang saat menjelang hari H, dan sebelumnya keluarga saya akan ke Bekasi untuk melamarkan untuk saya. Atau pilihan kedua, saya akan pulang untuk melakukan proses lamaran, dan pulang kembali setelahnya untuk menjalankan pernikahan. Saat itu, karena kondisi saya waktu itu dan dinamika pertimbangan yang ada, saya sementara memilih pilihan yang pertama, walau saya sempat di awal menjanjikan akan pulang dalam waktu dekat untuk melamarnya.
Proses komunikasi antara kami mulai intens terjalin. Tak hanya dengannya, namun juga dengan ibu dan ayahnya. Justru saya lebih banyak melakukan komunikasi dengan ibunya.
Setelah berjalannya waktu, saya mendapatkan permintaan darinya agar bisa mengupayakan untuk bisa bertemu langsung saat proses lamaran. Saya bisa merasakan, ia sangat menginginkan itu. Bahkan nyaris itu kemudian menjadi syarat untuk melanjutkan proses. Saya semakin tak enak hati dan mulai mempertimbangkan untuk pulang dan melamarnya.
Saat itu konsern saya adalah pada jadwal akademik saya di sini dan pertimbangan pulang-pergi jepang yang harus saya lakukan dalam waktu yang berdekatan. Namun, karena saya melihat keseriusan atas permintaan itu, maka saya memutuskan untuk pulang dan melakukan proses lamaran dalam waktu dekat.
Saya kemudian mencoba berpikir lebih dalam lagi. Hingga berakhir pada kesimpulan bahwa jika saya benar-benar akan pulang hanya saat menjelang hari-H pernikahan, maka itu bisa jadi kepuutusan yang sangat berani dan sekaligus 'beresiko'. Bagaimana tidak, kami baru beberapa hari mengenal dan dalam hitungan tiga bulanan kedepan kami akan menikah tanpa sebelumnya bertemu dan bertatap muka. How it can happen? Iya, mungkin kami sudah niatkan ini untuk orientasi pernikahan dan Allah pasti akan mudahkan prosesnya insyaAllah. Namun tak ada salahnya jika saya mengupayakan secara maksimal ikhtiar saya untuk menggenapkan proses ta'aruf ini yakni dengan langsung bertemu dengannya. Karena bagaimanapun, kami akan melangsungkan proses ikatan yang sangat kokoh "mitsaqan ghaliza" dan ikatan yang tidak main-main, menjalani pernikahan dengan ia nantinya yang akan menjadi teman hidup di sisa waktu hidup saya. Oke, kemudian saya mantap untuk putuskan pulang ke Indonesia untuk bertemu dengannya pertama kali dan kemudian menjalani proses lamaran.
Ditulis oleh Vempi Satriya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar