Pages

Jumat, 21 Juni 2019

Sepi dan Sendiri


Hari ini usia pernikahan kami memasuki hampir 6 bulan (8 hari lagi). Dan sudah 3 bulan lebih aku tinggal di Sendai bersama suami setelah sebelumnya aku harus pulang ke Indonesia karena permasalahan visa dan CoE. 3 bulan terakhir ini aku melalui hari-hari yang bisa dibilang berat. Beberapa kali aku merasa putus asa. Sehari-hari di rumah lebih banyak waktu sendiri karena suami harus pergi ke kampus. Di rumah yang sepi. Tak ada teman bicara dan tak ada aktivitas yang signifikan membuat aku melupakan jikalau aku sedang sendiri. Kegiatanku hanya memasak, mencuci piring, bersih-bersih rumah dan sebagainya. Kegiatan bertemu dengan orang banyak (orang-orang Indonesia yang tinggal di Sendai) pada saat weekend dan itupun jika ada agenda acara pertemuan. Acara yang diisi dengan sekedar mengobrol-ngobrol santai dan makan bersama. Di sini kebanyakan orang Indonesia nya berstatus sebagai mahasiswa. Dan hanya hitungan jari saja yang berstatus sebagai ibu rumah tangga sepertiku. Sesekali kami, ibu-ibu yang berkegiatan di rumah saja, mengadakan kegiatan masak bersama yang dapat mengisi kekosongan aktivitas keseharian kami. Tapi hampir semua ibu-ibu rumah tangga di sini sudah memiliki anak. Setidaknya ada yang menemani mereka. Sedangkan aku masih sendiri. 


Beberapa minggu setelah aku resign dari bekerja di perusahaan di Jakarta aku merasa aku dapat menikmati waktu dengan melakukan kegiatan apapun yang aku inginkan. Aku merasa bebas. Karena sering kali aku merasa penat dalam bekerja dan merasa sudah bosan dan ingin mencari lingkungan pekerjaan yang baru. Namun belakangan ini, tanpa aktivitas yang menguras otak tidak lebih baik dari pada mengerjakan pekerjaan rutinitas kantor. Aku rindu dengan kesibukan pekerjaan kantor. 

Dulu aku merencanakan untuk melanjutkan studi S2 di sini. Namun waktu pengajuan sekolah masih terpaut lama. Januari tahun depan. Seharusnya aku sudah mencari profesor untuk studiku dan membuat research plan. Namun terkadang aku dihadapkan pada posisi galau jika aku diterima dan akan masuk kampus oktober tahun depan sedangkan aku memiliki bayi. Sehingga aku tidak begitu memiliki motivasi yang kuat untuk benar-benar merealisasikan mimpi untuk melanjutkan sekolah. Terlebih Tohoku University bukan kampus yang aku incar (padahal kampus terbaik 3 besar di Jepang).

Memiliki waktu luang yang banyak menjadi boomerang buatku. Seharusnya aku bisa dapat leluasa belajar atau melakukan aktivitas yang bermanfaat lainnya. Tapi karena tidak ada tuntutan dan deadline, sehingga bersantai ria menjadi pilihan yang menyenangkan tapi tetap menyedihkan. Berkomunikasi dengan dunia luar (teman-temanku) hanya melalui sosial media saja. Terkadang tak sadar waktu berlalu begitu saja terbuang dengan aktivitas yang tidak bermanfaat. Sesekali dengan bersosial media aku dapat saling berbalas message dengan teman yang sesaat membuat aku lupa jika aku sedang sendiri. 

Salah satu hal yang mengalami peningkatan pada diriku adalah aku bisa memasak. Sebelum menikah aku jarang memasak. Ya karena tidak ada tuntutan. Tetapi di sini setiap hari aku harus memasak. Di awal masa aku belajar memasak, beberapa kali aku merasa stress sendiri karena tidak ada yang mengajariku. Aku hanya membaca resep-resep dari internet yang sering kali urutan memasaknya salah, cara memasaknya salah, dan sebagainya yang membuat rasa masakan tak karuan. Terlebih lagi pada saat seasoning, aku tak yakin apakah masakan ini sudah pas atau belum rasanya. 

Sepi, sendiri dan berusaha menyibukkan diri. Saat ini yang aku pikirkan adalah aku tetap harus belajar terlepas dari aku akan mengajukan sekolah atau tidak. Belajar untuk mengisi kekosongan aktivitasku. Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar