Pages

Sabtu, 29 Agustus 2020

Proses kelahiran bayi pertama (bagian 2)


Saya hampiri ia yang masih terlihat merintih sakit. Respon Tazkia atas kehadiran saya masih sangat minim. Saya dekati ia dan saya bersamai dia dalam suasana yang sulit itu.

Beberapa saat setelah saya sampai di kamar bersalin dan mendampinginya, saya diminta untuk keluar sebentar karena perawat akan mengecek seberapa lebar bukaan. Menunggu di luar, saya berharap proses bukaan dilancarkan agar ia tak terlalu lama merasakan sakit yang seorang calon Ayah tak akan pernah merasakannya langsung. Setelah perawat keluar, mereka mengabarkan bahwa bukaan sudah selebar 7 cm. Saat itu sekitar pukul 4. 

Saya masuk dan mengabarkan kepada Tazkia. Saya mendampinginya kembali sembar menunggu proses bukaan yang akan berkembang dengan sendirinya. Beberapa kali Tazkia mengeluhkan sakit, dan saya mencoba memijit punggung dan pinggangnya. Ternyata saya harus menerima kenyataan bahwa saya tak seahli perawat dalam memijit. Beberapa kali istri dikecewakan dan membandingkan pijitan saya dengan perawat sebelum saya datang. Baiklah saya harus mencoba lebih keras.

Jumat, 21 Agustus 2020

Proses kelahiran bayi pertama (bagian 1)


Kala itu, waktu berjalan begitu cepat.

Satu, dua, tiga hingga hampir 9 bulan tak terasa sudah berlalu, dan dalam beberapa hari Kami bersiap menyambut kehadiran sang buah hati kami yang pertama.

Sejak menikah 30 Desember 2018, kami akhirnya mendapatkan amanah dari Allah, yang menurut perhitungan dokter akan hadir pada tanggal 2 Maret 2020. Saat kami mendapatkan berita pertama kali bahwa Tazkia hamil, kami begitu gembira dan bersyukur. Dedek dihadirkan pada kami di saat usia pernikahan kami masih belum sampai setahun.

Dalam masa kebersamaan kami dengan dedek saat ia masih ada di dalam rahim ibunya, kami begitu merasakan kehadirannya ada di tengah-tengah kita. Apalagi ketika ia sudah bisa menendang-nendang perut ibunya dan beberapa kali nampak cegukan. Walaupun masih di dalam perut, kehadirannya begitu nyata dan membawa kebahagian yang luar biasa untuk kami. Setiap hari kami pastikan kami sudah ngobrol dengannya, dan membacakan ayat suci al-quran bersama-sama setiap setelah shubuh. Melihat ia beberapa kali menunjukkan responnya, saat kami ajak ngobrol dan melantunkan ayat-ayat-Nya, kami tak henti-hentinya antusias dan bahagia.