Pages

Rabu, 08 Agustus 2018

Sebelum Pilihan (1)


Tinggal dan bersekolah di luar negeri adalah sebuah pilihan yang saya ambil sekian tahun lalu. Dengan berbekal tekat dan niat yang kuat untuk bersekolah tingkat lanjut dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya di negeri orang, akhirnya saat itu Allah benar-benar memberikan jalan kepada saya untuk mencapai tujuan itu, alhamdulillah. Saya diberi kesempatan untuk dapat bersekolah di Jepang. Pilihan-pilihan itu membawa saya ada pada kondisi saat ini -melanjutkan tren sejak saat menjadi mahasiswa baru S1 kala itu, tinggal jauh dari orang tua dan kembali menjadi perantauan. Hanya saja yang saat ini lebih jauh lagi. Bahkan sangat jauh.

Orang tua selalu mendukung pilihan-pilihan yang hendak saya ambil. Mereka sangat jarang sekali menyanggah atau melarang pilihan saya, khususnya terkait dengan akademik dan karir saya kedepan. Tapi menariknya, mereka, khususnya ibu, kadang tak tahu detil pilihan saya. Seperti halnya apa sebenarnya jurusan saat ini yang saya ambil, atau, apa detil pekerjaan yang sempat saya kerjakan saat bekerja kontrak di salah satu konsultan di kota Bandung. Itu bukan karena mereka tidak peduli, tapi karena menurut mereka hal-hal itu jika dipahami terlalu kompleks dan mereka memilih untuk tahu dasar-dasarnya saja. Pun terkait bidang keilmuan saya, mereka juga masih cukup awam. Namun lepas dari itu, orang tua saya cukup percaya kepada pilihan anaknya sepenuhnya. Semua anak seharusnya merasakan hal yang sama, bagaimana orang tua selalui menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, walaupun dengan cara yang bermacam-macam pastinya.

Tinggal jauh dari orang tua tak sepantasnya lalu kita juga menjadi jauh dari mereka. Selama tinggal di sini, komunikasi saya dengan orang tua alhamdulillah sangatlah lancar, bahkan serasa tak tinggal berjauhan dengan mereka. Dengan adanya teknologi komunikasi seperti sekarang, kami bisa dengan mudah bertatap muka satu sama lain melalui layar handphone. Itu sudah lebih dari cukup untuk menghadirkan mereka dalam aktivitas-aktivitas kita di perantauan. Itu pula yang membuat saya masih nyaman tinggal di negeri ini, sejauh saya bisa merawat tali ikatan itu.

Setelah beberapa bulan tinggal di sini, saya menemukan banyak hal baru di sini. Tak perlu jauh-jauh. Saya temukan banyak sesuatu baru saya temui dalam diri saya sendiri. Dengan pola keseharian yang menyediakan banyak ruang berpikir untuk diri sendiri, membuat saya mempunyai kesempatan lebih luas untuk melakukan observasi terhadap diri saya sendiri. Tak seperti di Indonesia, dimana saya lebih banyak menghabiskan waktu dalam keramaian. Namun bukan berarti saya terbatasi atau membatasi diri untuk bertemu orang, lebih pada keinginan untuk mengatur tempo dan menambah porsi waktu untuk diri saya sendiri yang dulu sangat sulit saya dapatkan saat masa-masa sebelumnya. Dari ruang-ruang sendiri yang lebih luas itu, beberapa keinginan-keinginan yang dulu tak terlihat kini mulai terkuak.

Beberapa diantaranya adalah tentang pilihan hidup kedepan. Pilihan-pilihan yang sempat terbengkalai perencaannya mulai bisa tertata kembali sedikit demi sedikit, secara perlahan. Keputusan-keputusan yang menggantung sejak lama, saat itu mulai bisa dipastikan untuk segera ditegaskan.

Salah satu yang terkuak kembali adalah pilihan tentang jodoh.

Ditulis oleh Vempi Satriya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar