Pages

Selasa, 11 September 2018

Terima Kasih Karena Mau Pulang!


Bagiku, menjalani ta'aruf merupakan hal yang tak dapat aku terima. Meskipun seiring berjalannya waktu, hatiku dapat melunak sehingga dapat menerima jalan ta'aruf. Namun tiada disangka ada hal yang tak masuk akal lainnya yang harus aku jalani. Dia akan datang ke Indonesia beberapa hari sebelum berlangsungnya akad nikah. Meskipun ada beberapa kisah nyata dari orang lain yang benar menikah dengan kondisi seperti yang akan aku hadapi, tetapi aku berbeda. Aku tak bisa disamakan dengan mereka. Aku baru saja menerima hal yang selama ini aku sangkal. Dan aku harus menerima hal lain yang lebih tidak masuk akal menurutku. Aku termasuk pribadi yang introvert. Aku saja masih sangat khawatir akan menikah dengan orang yang baru saja aku kenal. Dan aku harus menerima kenyataan bahwa aku baru dipertemukan langsung dengan dirinya sesaat beberapa hari menjelang pernikahan. Aku lebih memilih mundur jika aku tetap dipaksa menerima kenyataan itu.

Namun saat itu dia menjanjikan akan pulang ke Indonesia dua kali. Kali pertama saat melamarku dan kali kedua saat akan menikah. Tetapi janji manis itu tak bertahan lama. Berbagai alasan dia berikan untuk mempertahankan rencana kepulangannya yang hanya satu kali saja. Yaitu saat akan menikah. Ya bagiku itu hanya sebuah 'alasan'. Aku tetap tidak dapat menerima alasan-alasan itu. Bukannya aku tidak mengerti kondisinya, tetapi karena secara psikologis aku benar-benar tidak siap jika harus berlaku demikian. Tangis seakan menjadi teman baik dalam melalui jalan yang sulit ini. Aku berkali-kali bercerita pada Fulanah bahwa aku tidak siap. Pikirku dengan alasan-alasan yang dia berikan, akan ada jalan yang masih bisa diperjuangkan. Hingga akhirnya dia benar-benar akan mengusahakan pulang dua kali. Fulanah bilang padaku, jika dia akan mengusahakan yang terbaik untukku. Alhamdulillah dia akan pulang oktober ini untuk melamarku. Aku merasa aku orang yang egois saat itu. Aku hanya mementingkan apa yang aku rasa saja tanpa tahu beban apa yang sedang dia pikul saat itu. Mungkin sangat amat banyak pertimbangan yang dia pikirkan untuk tidak pulang dua kali. Tetapi aku sangat bersyukur dia akan mengusahakan pulang. Sejak dia tinggal di Jepang oktober tahun lalu, dia tak pernah pulang ke Indonesia bahkan saat lebaran idhul fitri pun tidak. Dan kali ini dia akan pulang ke Indonesia karena aku yang meminta. Rasa syukur dan terima kasih padanya sepertinya tak cukup untuk membalas perjuangannya. Semoga Allah meridhoi jalan ini agar kita tetap terus berlanjut hingga ijab qabul terucap.

Ditulis oleh Tazkia Izzati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar