Pages

Senin, 24 September 2018

Kenapa Ta'aruf (1)

Perjalanan dan pengalaman selama ini, menuntun saya untuk sedikit demi sedikit mengalami perubahan, tentunya dalam upaya menuju pribadi yang lebih baik. Berbagai pembelajaran yang saya dapat selama ini, memberikan clue kepada saya, jalan dan pilihan mana yang baik untuk saya, salah satunya adalah pilihan bagaimana saya menjemput jodoh.


Saya tumbuh dalam lingkungan 'umum' selama masa kanak-kanak hingga remaja. Preferensi karakter dan pola pikir sebagian besar saya serap dari keluarga khususnya, lingkungan dan proses belajar mengajar formal di sekolah. Pengetahuan ilmu agama, banyak saya dapatkan saat masa kanak-kanak khususnya tentang baca Qur'an, serta di bangku sekolah yang notabene berdasarkan standar kurikulum sekolah negeri pada umumnya. Hingga pertengahan masa SMA, saya mulai mengenal belajar agama dan berkesempatan dikumpulkan bersama orang-orang baik di organisasi.



Alhamdulillah, sejak SMA, saya mulai mengenal lebih tentang ilmu agama dan kegiatan berorganisasi. Hal tersebut menurut saya, merupakan titik perubahan yang cukup siginifikan. Saat masih SMP, saya benar-benar jadi anak yang masih suka main, dan sangat rawan terbawa oleh lingkungan dimana saya berada. Namun saya bersyukur waktu itu masih dalam koridor yang wajar dan masih berada karakter seorang Vempi yang lebih passion pada kegiatan akademik. Berkaca dari masa SMP tersebut, saya merasa jauh lebih baik di masa SMA dari segi wawasan sosial dan pengalaman berkegiatan positif. Saya berkesempatan mempunyai porsi yang lebih banyak dalam beraktivitas untuk menambah kapasitas diri, dan mulai mendekatkan diri pada kegiatan-kegiatan masjid.

Hingga perkuliahan tren itu masih berlanjut. Di tingkatan itu, saya semakin bersyukur masih bisa berkumpul dengan orang-orang baik dan mencoba banyak hal baru, di tingkat jurusan hingga tingkat universitas. Dengan mengikuti kegiatan organisasi semaksimal mungkin saya banyak belajar tentang segala hal. Dari segi pengetahuan agama, di perkuliahan saya lebih banyak lagi dari diberi kesempatan untuk bersamai orang-orang sholeh yang cukup berpengaruh dalam proses belajar saya saat itu. Dengan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan dakwah, saya semakin memiliki preferensi atau pertimbangan jalan mana yang akan saya pilih kedepan yang baik untuk saya, keluarga dan agama saya.

Hingga saat itu, sempatlah saya membayangkan apa-apa saja titik pilihan penting dalam hidup saya kedepan. Dari sekian beberapa rencana kedepan, salah satu pilihan hidup yang terbersit adalah bagaimana cara saya menjemput jodoh saya kelak? Apakah dengan cara taaruf, atau, yang lainnya? Secara langsung dan tidak langsung, materi-materi keagamaan yang saya dapat selama itu banyak berpengaruh pada preferensi saya terkait hal satu itu. Jujur saya merasa terkagum ketika orang memilih untuk bertaaruf dalam menjemput jodohnya beserta kisah-kisah positif dari mereka. Sebelumnya saya sangat awam dengan cara taaruf tersebut. Saya amati di masyarakat dan lingkungan pergaulan dimana saya berada adalah suatu kewajaran jika sebelum menikah kita mempunyai hubungan khusus dengan si calon. Atau dalam kasus lain, sebuah ikatan ditandai dengan proses perjodohan atau antar keluarga dimana orang tua saling mengenalkan anaknya masing-masing untuk dinikahkan. Untuk taaruf sendiri, saya benar-benar baru mendapatkan gambaran real saat saya mulai mendekati kegiatan dakwah, dan mulai saat itu saya memimpikan untuk suatu saat nanti menjemput jodoh dengan cara itu.

Dengan tetap menyimpan mimpi itu secara rapi, saat itu saya percaya pada waktunya nanti saya akan menjalani taaruf dengan seseorang, jika Allah mengizinkan.

Ditulis oleh Vempi Satriya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar