Bagaimana rasanya?
Lelah.
Harus mengganti diapers setiap 3 jam sekali, menyusui setiap 2-3 jam sekali, menenangkan saat rewel, menggendong & memangkunya hampir seharian, menahan kantuk saat malam hari karena harus menyusui dan mengganti diapers, belum lagi pekerjaan rumah tangga lainnya. MashaAllah.
Saya dan suami mengurus bayi kami sendiri. Tidak ada orang tua kami, tidak dititipkan ke day care. Saya dan suami pun saling berbagi tugas. Suami saya bertugas memandikan. Dan beberapa kali membantu saya dalam menyelesaikan tugas rumah tangga. Memasak, mencuci piring, menjemur pakaian dan lainnya.
Sejak bayi kami lahir hingga saat ini, suami saya bekerja dari rumah. Mulanya dengan alasan agar bisa menemani dan membantu saya selagi saya recovery selepas melahirkan. Kemudian berlanjut tetap di rumah karena kampus ditutup (lockdown karena ada beberapa students yg positif corona) dan menghimbau students nya agar belajar dari rumah saja.
Khawatir.
Ini pertama kalinya bagi kami merawat bayi. Beberapa kejadian pun membuat saya khawatir dan takut yang berlebihan.
Saat di rumah sakit saya diajarkan untuk memandikan dedek. Dan saat sudah kembali ke rumah, saya tak ragu lagi akan memandikan dedek. Hingga suatu saat tali pusar dedek basah dan jadi bau dan berdarah. Kami pun panik. Memang tak seharusnya bayi yang belum puput pusar dimandikan di bak mandi. Hanya perlu mandi dengan diusap dengan waslap basah. Kemudian umi saya menyarankan untuk menutupnya dengan kain kasa dan gurita hingga tali pusarnya lepas setiap selesai mandi. Alhamdulillah pada usia 2 mingguan tali pusar dedek lepas. Bahagianya luar biasa.
Pada suatu malam ada yang tak biasa dari suara nafasnya dedek. Terdengar suara grok-grok. Saya kira dedek kena pilek dan ada cairan lendir di pernafasannya. Saya rutin memberikan semacam balsem bayi pada dadanya dan juga obat yg diteteskan di bantalnya. Suara grok-grok ini berlangsung lama sekali. Saya sudah cerita ke umi dan ibu, mereka juga berpendapat kalau dedek pilek. Saat kami checkup satu bulan dedek ke dokter, dokter pun bilang tidak apa-apa. Memang saat itu masih dingin (musim semi). Kami menyalakan AC hangat di ruangan. Dan juga memasang humidifier agar tidak kering. Kemudian selang beberapa waktu saya mendapatkan informasi dari akun youtube dokter bahwa suara grok-grok pada bayi itu normal. Dan pemicunya bisa jadi salah satunya karena suhu udara di ruangan. Benar saja setelah memasuki musim panas, suara grok-grok dedek menghilang. Alhamdulillah.
Saat check up satu bulan dedek, dokter memeriksa seluruh bagian badan dedek. Salah satu nya kemaluannya. Saat dokter membuka bagian dalam kemaluannya, terdapat semacam bercak-bercak putih yang banyak. Kata dokter karena kami kurang bersih saat membersihkan kemaluannya. Saat di rumah pun saya panik. Karena noda putihnya sangat sulit dibersihkan. Saya sudah bercerita dengan umi dan ibu, pun tidak membuat panik saya reda. Saya pun berkeinginan untuk membawa dedek ke rumah sakit karena takut terjadi apa-apa. Tetapi kemudian saya mencobanya lagi perlahan-lahan membersihkannya. Memang tidak dalam sehari hilang, tapi lama kelamaan hilang. Tetapi tak sampai disitu saja. Selang beberapa lama kemudian noda putih itu pun muncul lagi. Saya pun kembali membersihkannya. Itu berarti saya harus rajin membersihkan hingga kedalam-dalam. Saya pun membaca dari artikel di internet. Bayi perempuan perlu ada perhatian yang khusus dalam membersihkan kemaluannya. Tidak boleh terburu-buru. Hingga bagian dalam yang tak terlihat mata sekalipun. Alhamdulillah kini noda putih itu sudah jarang ada. Saya rajin membersihkan hingga kedalam-dalam setiap mengganti diapers.
Karena udara yang kering di ruangan kami akibat pemakaian AC, dedek pun sering terdapat kotoran di hidungnya hingga menutup keluar masuknya udara. Bahkan beberapa kali membuatnya rewel. Karena kami tak tega, akhirnya ayahnya dedek memberanikan diri untuk mengambil kotoran hidung dengan cutton buds. Memang caranya agak ekstrim. Karena kepala dedek harus dipegang dan diambilah kotorannya. Beberapa kali dedek pun menangis kejer. Kemudian saat check up satu bulan ke dokter. Kami pun juga menceritakan kejadian itu. Akhirnya kami berkesimpulan untuk tidak menggunakan cutton buds dan membiarkan secara alami kotoran hidungnya keluar dengan sendirinya. Alhamdulillah berhasil. Saat dedek bersin atau menangis, kotoran hidungnya keluar sendiri. Juga saat dedek mandi, ayah membersihkan hidungnya agar kotoran hidungnya dapat keluar.
Tidak pipis selama lebih dari 7 jam.
Saat itu kami bertiga ingin foto-foto di luar rumah. Sore hari. Udara pun sudah agak hangat. Ayah meminta posisi menggendong dedek dengan posisi berdiri mengadap depan. Dan dedek menggunakan baju biasa sama seperti saat di rumah. Kemudian saat tengah malam saya ingin mengganti diapers dedek, diapersnya kering. Padahal sudah lebih dari 7 jam. Kata umi saya itu akibat dari salah posisi menggendong. Saya pun tidak bisa tidur malam itu. Menunggu hingga dedek pipis. Saya membalurkan dedek dengan minyak telon bagian perut bawahnya. Alhamdulillah akhirnya bisa pipis. Ternyata kejadian itu berulang hingga tiga kali. Kemudian saya berpikir untuk dapat menganalisa penyebab dedek tidak pipis dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya saya mencatat setiap dedek ganti diapers dan seberapa penuh pipisnya. Setiap kali buang air besar, juga setiap kali dedek menyusu. Kami menggunakan aplikasi feed baby. Pada kejadian kedua dan ketiga memang dedek berada di bouncer yang kalau tidak salah dengan posisi berhembusnya angin yang keluar dari AC. Saat itu saya berkesimpulan penyebabnya karena suhu udara. Kemudian saya membuktikan dugaan saya dengan melakukan aktivitas seperti biasanya dedek. Dipangku ibunya. Jauh dari AC dan tidak di bouncer. Dari catatan pipis dan menyusui dedek semuanya baik. Semua normal. Tapi hingga saat ini saya masih belum menemukan alasannya. Dedek sesekali di bouncer tapi dengan posisi yang tidak langsung dengan angin keluar dari AC. Maklum ruangan rumah kami sempit. Jadi space menaruh bouncer terbatas sekali.
Muntah-muntah
Hari itu saya dan suami makan nasi padang yang kami beli online dari sederhana padang. Ada rendang, ayam bakar, sayur nangka, perkedel dan telur-terong balado. Kami makan untuk dua kali. Dan setelah itu kami makan sate padangnya. Kemudian dedek muntah-muntah 3-4 kali dalam sehari dalam jumlah yang banyak. Sebelumnya saya tidak menduga sama sekali karena akibat dari saya memakan makanan pedas. Saya kira dedek sakit atau karena dugaan-dugaan lain. Di lain kesempatan pun sama. Saat setiap saya memakan makanan pedas, reaksi dedek pun muntah. Kemudian saya mencari tahu dengan bertanya pada beberapa teman dan browsing di internet. Ya bisa jadi reaksi setiap bayi berbeda saat ibunya memakan makanan pedas. Hingga detik ini saya tidak makan cabai sama sekali. Dan dedek alhamdulillah tidak pernah muntah hebat lagi.
Tidak buang air besar 5 hari.
Seperti biasanya saya selalu mencatat setiap dedek pipis atau pup. Dari history nya dedek, dedek selalu pup setiap dua sampai tiga hari sekali. Tapi kali ini berbeda. Saya sudah menunggu hingga 5 hari. Dedek pun tak kunjung bab. Saya panik. Umi dan ibu menyarankan untuk memberikan dedek air putih. Tapi saya bersikeras untuk tetap tidak memberikannya. Berbagai cara juga saya lakukan. Saya selalu membalurkan minyak telon di perut dan punggungnya. Pijat ILU. Gerakan sepeda pada kedua kakinya. Dan tak lupa pula berdoa. Alhamdulillah di hari kelima dedek bab. Saya bahagianya luar biasa. Dan setelah hari itu dedek bab setiap hari hingga 4 hari berturut-turut. Dan kini mulai rutin setiap 3 hari sekali. Sebetulnya menurut dari yang saya baca dan cerita dari teman-teman. Batas maksimal bab bayi adalah 14 hari. Ya tapi tetap saja setiap hari berganti saya selalu deg-degan jika dedek tidak bab.
Ya begitulah beberapa kejadian yang membuat saya sport jantung. Panik dan lemes banget rasanya.
Mungkin akan ada kejadian-kejadian lain semakin bertambahnya usia dedek. Tapi saat ini saya mengantisipasi dengan banyak membaca. Agar tidak panik. Agar tahu solusinya. Agar berusaha menghindari hal-hal buruk terjadi. Dan saya semakin sadar. Kebahagian saya saat ini adalah saat dedek sehat dan bahagia.
Mudah marah. Tapi bukan ke dedek.
Sejak memiliki bayi saya akui saya jadi mudah marah. Saya mudah marah pada lingkungan saya. Mungkin karena saya terlalu lelah mengurus bayi dan pekerjaan rumah tangga. Dan selama masa pandemi ini saya selalu di rumah saja yang membuat saya suntuk. Ditambah lagi saya tidak ada ruang untuk sendiri. Saya selalu bergantung pada suami yang 24 jam di rumah saja. Karena terkadang saya membutuhkan waktu dimana tidak ada suami saya di rumah. Karena saya lebih merasa mandiri. Bisa santai. Bisa sendiri. Bisa melakukan semuanya sendiri. Alhamdulillah bersyukurnya suami saya sabar sekali. Memang beberapa kali tegang. Tetapi alhamdulillah saat ini saya sudah mulai untuk menahan emosi saya.
Bahagia.
Selain karena dedek yang selalu sehat dan tidak rewel, hal lain yang membuat saya bahagia adalah setiap melihat perkembangan dari dedek. Saat ini usia dedek 3 bulan. Dedek sudah semakin banyak mengoceh. Bahkan saat saya membacakannya ayat al-qur'an, dedek sangat antusias untuk mengikuti dengan bahasa bayinya. MashaAllah. Dedek pun sudah seeing memiring-miringkan badannya. Pertanda ingin tengkurap. Dedek sering memasukkan tangannya ke mulut. Dedek sudah mengenal kedua orang tuanya. Dedek semakin banyak tersenyum dan tertawa meski belum ada suaranya. Kepala dedek sudah bisa tegak meski belum sempurna dan beberapa kali terjatuh. Saya tidak sabar menantikan setiap momen berharga dari dedek. Setiap tumbuh kembangnya.
Melahirkan sendiri tanpa orang tua. Merawat anak sendiri tanpa orang tua. Hanya dengan suami. Sunggu sangat challenging sekali. Ditambah pekerjaan rumah. Hidup di negeri orang dituntut untuk bisa mandiri. Semua sendiri. Bosan. Jujur saya bosan di rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah. Apalagi memasak setiap hari. Dan harus mengurus bayi. Beberapa kali saya merasa butuh untuk bersosial dengan orang-orang. Ini benar-benar di luar dari apa yang saya bayangkan saat kehidupan setelah menikah dan tinggal di negeri orang. Tapi semua ini harus saya jalani. Harus ikhlas dan banyak bersabar. Dan harus mempersiapkan saat sudah kembali ke Indonesia. Jujur saya ingin kembali bekerja di kantor saat di Indonesia. Planning awal saya saat saya di Jepang adalah sembari kuliah S2. Tetapi beberapa kali semangat pupus kala mempersiapkan untuk kuliah dengan berbagai macam alasan. Hamil, punya anak, ribet sama urusan rumah tangga, dan lain-lain. Ya semoga saja keinginan saya dapat terwujud. Menjadi ibu ditambah menjadi student. Pasti akan lebih menantang lagi. Karena beban semakin bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar