Pages

Senin, 09 Maret 2020

Selamat Datang di Dunia Anakku Sayang!



Sempat merasa sangat cemas karena sudah memasuki minggu ke 39 lebih tapi masih belum melahirkan. Pembukaan pun hanya bertambah satu cm dari minggu lalu. Keluarga dan teman dekat pun sudah bertanya kesekian kali. "Kapan lahir bayinya?" Yang sesungguhnya menambah rasa cemasku. 
Kamis, 27 Februari 2020. Hari itu seperti biasanya pemeriksaan mingguan ke dokter kandungan. Dan ternyata setelah dicek masih pembukaan dua. Padahal sudah berharap pembukaan sudah lebih banyak dari minggu lalu. Rasa mulas-mulas pun sudah ada sejak kemarin-kemarinnya. 

Jumat, 28 Februari 2020. Pukul 05.00 shubuh setelah aku menyelesaikan sholat shubuh, rasa mulas itu kembali datang. Kali ini berniat untuk mencatatnya supaya dapat dilihat apakah ada pola yang teratur. Karena dari kemarin rasanya malas mencatat. Rata-rata setiap 10 menit sekali selama kurang lebih 30 detik mulanya. Kemudian meningkat menjadi setiap 6 menit sekali selama kurang lebih 1 menit. Kontraksi nya pun terasa semakin sakit. Aku pun tak memasak hari itu. Akhirnya karena kontraksi terus menerus, aku dan suami memutuskan untuk pergi ke rumah sakit saja. Untuk memastikan apakah pembukaan sudah naik. Agak ragu sebenernya takut disuruh pulang kembali oleh pihak rumah sakit karena pembukaan belum bertambah. Tetapi karena rasa sakitnya tak tertahan lagi, akhirnya ke rumah sakit juga. Apapun yang terjadi. Suami langsung menghubungi rumah sakit dan oyasan untuk meminta tolong memesankan taksi. 


Pukul 15.30 kami tiba di rumah sakit. Saat cek pembukaan ternyata masih pembukaan 3. Aku sudah khawatir jika disuruh pulang. Tapi ternyata saat dicek alat yang mengukur kontraksi, dokter memutuskan untuk tetap di rumah sakit. Kata dokter sudah kontraksi setiap 5 menit sekali. Aku dan suami pun sudah bersiap membawa tas yang jikalau harus menginap di rumah sakit. 

Selama di rumah sakit, aku selalu dimonitor dengan alat yang mengukur kontraksi dan cek pembukaan berapa. Rasa sakit semakin menjadi tetapi pembukaan masih 4. Kemudian suami pun tidak diperbolehkan untuk menginap di rumah sakit. Semakin malam semakin sakit rasa kontraksi nya. Setiap terjadi kontraksi agar dapat mengurangi rasa sakit, aku mengatur nafasku. Seperti saran para dokter yang aku tonton di channel youtube. Karena menurutnya percuma jika kita berteriak kesakitan, akan menambah rasa sakit. Aku pun tetap menjaga agar aku tetap tenang, mengatur nafas, dan bersabar. Aku tak bisa tidur selama semalaman itu. Bagaimana tidak, rasa sakit kontraksi semakin menjadi. Tidurpun hanya beberapa menit lalu kebangun-kebangun terus karena rasa sakit dan harus tahan. Hingga tengah malam, pembukaan masih 4. Kemudian suster memberikan infus. Sepertinya untuk merangsang agar pembukaan bertambah. Benar saja. Setelah infus selesai, semakin terasa sakit dengan selang yang semakin sering. Setelah dicek masih pembukaan 5. Kata suster jika sudah pembukaan 7/8 baru dipindahkan ke ruang bersalin. Tetapi saat itu kondisi aku menggigil. Rasa sakit semakin menjadi. Akhirnya suster membawaku ke ruang bersalin. Kemudian suami pun diminta datang. 

Rasa sakit semakin tak tertahan lagi. Aku hampir menyerah. Sakit yang luar biasa sekali. Aku harus terus mengatur nafasku. Tetap tenang dan bersabar. Alhamdulillah suster di sini baik-baik. Setiap kontraksi datang, beberapa kali suster memijat panggulku dan menuntunku agar mengatur nafas agar rasa sakit kontraksi setidaknya dapat berkurang. Hingga jam 3 pagi, alhamdulillah sudah pembukaan 7. Rasa sakit yang semakin luar biasa. Dan kali ini ditambah rasa mulas ingin mengejan. Padahal belum boleh. Alhamdulillah selesai waktu shubuh, pembukaan sudah lengkap. Aku sudah boleh mengejan. Yang aku pikirkan saat itu bagaimana caranya mengejan supaya bayinya keluar. Sudah berkali-kali mengejan setiap kontraksi datang. Dan alhamdulillah bayinya lahir! Selama proses menuju persalinan, suamipun selalu ada di sampingku. Alhamdulillah nya dia tahu tugas yang benar, yang seharusnya dilakukan. Meski beberapa kali, aku agak marah karena ga sesuai dengan yang aku butuhkan. Suami membimbing saat aku mengatur nafas dan kapan harus mengejan. Alhamdulillah sangat membantu sekali. Tangis pun pecah dariku. Aku menangis bahagia karena akhirnya bisa bertemu dedek.
Setelah bayi keluar aku harus menjalani operasi. Kurang lebih satu setengah jam dan tanpa dibius. Aku harus operasi karena ada robekan di dalam yang lumayan parah. Jadi PR baru lagi untuk menahan sakit setelah melahirkan. Sepertinya karena saat pembukaan 7 yang tidak seharusnya mengejan, aku mengejan. Karena memang rasa mulas yang tak tertahan lagi. 

Alhamdulillah selesai operasi, aku suami dan dedek bayi bisa menghabiskan waktu bersama. Menyusui, foto bareng, mengajak dedek bicara. Tetapi sayangnya suami tidak boleh lama-lama di rumah sakit. Karena virus korona yang menyebar di Jepang, membuat pihak rumah sakit harus sedikit memperketat peraturan orang-orang yang berkunjung ke rumah sakit. Sehingga suami tidak lagi diizinkan datang. 
Saat ini aku masih terbaring lemas di tempat tidur. Selepas operasi dan dipasang kateter. Dedek bayi pun di ruangan bayi diurus suster. Semoga kami bertiga cepat dapat kumpul kembali!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar