Saya hampiri ia yang masih terlihat merintih sakit. Respon Tazkia atas kehadiran saya masih sangat minim. Saya dekati ia dan saya bersamai dia dalam suasana yang sulit itu.
Beberapa saat setelah saya sampai di kamar bersalin dan mendampinginya, saya diminta untuk keluar sebentar karena perawat akan mengecek seberapa lebar bukaan. Menunggu di luar, saya berharap proses bukaan dilancarkan agar ia tak terlalu lama merasakan sakit yang seorang calon Ayah tak akan pernah merasakannya langsung. Setelah perawat keluar, mereka mengabarkan bahwa bukaan sudah selebar 7 cm. Saat itu sekitar pukul 4.
Saya masuk dan mengabarkan kepada Tazkia. Saya mendampinginya kembali sembar menunggu proses bukaan yang akan berkembang dengan sendirinya. Beberapa kali Tazkia mengeluhkan sakit, dan saya mencoba memijit punggung dan pinggangnya. Ternyata saya harus menerima kenyataan bahwa saya tak seahli perawat dalam memijit. Beberapa kali istri dikecewakan dan membandingkan pijitan saya dengan perawat sebelum saya datang. Baiklah saya harus mencoba lebih keras.